MPASI perdana “darurat” Asa

Kenapa saya kasih judul MPASI perdana “darurat” Asa? Tanggal 3 Februari 2016 bang Asa genap berusia 6 bulan. Tepat di tanggal itu pula kami liburan ke Bali dilanjutkan pindahan ke Waingapu. Kami belum tahu bagaimana kondisi kota Waingapu dan bagaimana kondisi rumah dinas kami. Ini pertama kalinya saya ke daerah timur Indonesia. Yang saya bayangkan adalah kondisi rumah yang kurang memadai.

Seperti mama-mama lainnya, tentu saja saya sudah heboh cari info tentang MPASI perdana. Ada beberapa metode MPASI yang saya dapatkan, yaitu BLW (baby led weaning), WHO, dan food combining. Awalnya saya tertarik dengan metode BLW, namun akan sangat merepotkan bila menggunakan metode ini pada saat travelling. Kemudian ada metode WHO yang mana bayi boleh makan apa saja secara bertahap dengan memperhatikan frekuensi, jumlah, tekstur, dan jenis. Ada lagi metode food combining, dimana karbohidrat pati tidak boleh digabungkan dengan protein hewani. Dari ketiga metode di atas, yang mana yang harus saya pilih?

Pada awalnya saya bercita-cita untuk tidak memberikan mpasi instan kepada bang Asa. Tapi sebelum berangkat saya berkonsultasi dengan dokternya bang Asa, dokter anak tentunya, tidak masalah koq memberikan mpasi instan pada saat keadaan darurat atau travelling. Suami pun mendukung. Maka runtuhlah idealisme saya tentang 100% home-made baby food buat bang Asa.

Hari pertama makan perdana bang Asa di hotel Amaris Legian Bali jam 5 sore. Sore banget mak! Ya karena jam 5.30 pagi kami sudah berangkat, siang hari kami masih di bandara, baru sampai hotel sore hari. Menu mpasi perdana bang Asa adalah bubur instan cerel*c rasa kacang hijau!

image
“Bang Asa mau makan sendiri mom”

Lima sendok makan (bayi) bubuk cerelac diencerkan dengan air panas dispenser, hanya separuhnya yang berhasil dihabiskan. Sisanya momi yang habiskan. Hmm..enak juga ya.. hehehe..

Hari kedua bang Asa makan pepaya yang ada di restoran hotel. No blender, cukup dihaluskan pake garpu. Bang Asa melahap habis dua potong pepaya.

Hari ketiga bang Asa makan pisang susu yang ada di restoran hotel. Satu buah pisang susu dilumatkan dengan garpu. Bang Asa suka banget! Lebih lahap dari pepaya. Jadi saya mengantongi beberapa pisang dari hotel. Inaangggg!!

Tiga hari pertama bang Asa makan hanya sekali sehari.

Hari berikutnya kami sudah di Waingapu. Kami tinggal di guest house selama 1 bulan. Tidak ada dapur. Jadi menu mpasi selama 1 bulan tanpa protein hewani seperti daging ayam atau daging sapi, hanya kuning telur ayam kampung pemberian dari perawat puskesmas di desa tempat ipop PTT dulu.

Berikut ini menu mpasi “darurat” bang Asa 6 bulan :
Pure apel
Pure pisang susu
Pisang ambon kerok
Pure alpukat
Pure alpukat + apel
Mashed potato
Pure wortel
Bubur beras merah + asi
Bubur beras merah + wortel
Bubur beras merah + kuning telur ayam kampung
Mashed potato + tempe kukus
Bubur beras putih + wortel
Bubur beras putih + wortel + tempe + tahu

Setiap jenis makanan baru saya berikan selama 3 hari berturut-turut untuk mengecek ada/tidaknya alergi. Thank God sejauh ini bang Asa tidak alergi. Telur sebaiknya dimakan kuningnya saja karena berpotensi alergi lebih rendah dibandingkan dengan putihnya. Bang Asa paling tidak suka dengan tepung beras merah, paling suka dengan alpukat dan apel. Untuk snack, saya kasih biskuit Mi*na, wortel kukus, dan apel kukus. Untuk snack saya buat potongan besar ala-ala metode BLW dan sebagai finger food untuk melatih motorik halusnya.

Peralatan apa saja yang dipakai? Saya nggak beli peralatan tempur mpasi sama sekali kecuali pisau dan talenan. Mulai dari set peralatan makan, grinder, saringan, steamer, sampai slow cooker semuanya dapet dari kado. Sungguh saya memiliki teman-teman yang ngerti banget memilih kado yang tepat. Alat yang paling berguna menurut saya adalah multi function sterilizer dan slow cooker.

imageSterilizer + steamer + egg boiler. I love it!
Sterilizer + steamer + egg boiler. I love it!

Saya tidak pernah memakai saringan apalagi blender. Pernah sekali saya memberi bubur saring ke bang Asa, eh malah nggak lahap. Dari awal bang Asa lebih senang makanan yang bertekstur. Macho sekali makan kau, bang!

imageMakanannya sudah bertekstur.
Makanannya sudah bertekstur.

Jadi mpasi darurat ini masih berlangsung sampai sekarang karena saya belum memasak di rumah dinas yang sungguh kurang memadai ini. Yang paling saya khawatirkan adalah saya belum mengenalkan daging ke bang Asa, hanya dari bubur instan saja. Walau katanya kandungan gizi di bubur instan sudah lengkap, tapi kita perlu mengenalkan cita rasa dan tekstur makanan juga. Untuk mencegah anemia defisiensi besi yang mana banyak terjadi pada bayi, saya memberi sang*bion baby. Usia 7 bulan bang Asa ditimbang, beratnya sudah 10.4kg! Naik 1 kg dalam 1 bulan. Puji Tuhan! Pintar terus makannya ya bang.

AureliaMaria

Leave a comment